Rabu, 31 Agustus 2011

Agama adalah Fitrah


Agama adalah Fitrah



 
Fitrah adalah potensi-potensi tertentu yang ada pada diri manusia yang telah dibawanya semenjak lahir, dalam kaitannya dengan tugas manusia sebagai khalifah Allah untuk menciptakan kemakmuran dan kebahagiaan dimuka bumi ini. Sebab dengan berkembangnya seluruh fitrah tersebut, barulah tugas hidup manusia itu akan terlaksana dengan sukses.
Menurut para pakar ilmu jiwa, didalam jiwa manusia itu ada enam rasa/potensi, yaitu Agama intelek, sosial, susila, harga diri dan seni.
Lalu menurut para ilmuwan Antrhopolgi, potensi pada diri manusia itu ada tiga, yaitu mempertahankan hidup melangsungkan keturunan dan membela hidup. Dimana mempertahankan hidup dengan makan dan minuman, melangsungkan keturunan dengan bersuami atau beristri, membela hidup dengan persenjataan.
Islam sendiri mengakui bahwa manusia dilahirkan memang membawa potensi-potensi kefitrahan tertentu itu.
Dalam hal ini Nabi besar Muhammad Saw bersabda :
'Tidaklah dilahirkan seorang anak melainkan atas fitrah'
(Hr. Muslim).
Persoalannya sekarang, apakah Al-Qur'an mengungkapkan fitrah-fitrah yang ada pada diri manusia dalam bentuk perintah atau anjuran untuk berbuat sesuatu yang diluar kemampuannya atau fitrahnya, maka berarti :
1.
Al-Qur'an melanggar prinsip yang telah ditetapkan sendiri, yaitu agama Islam diciptakan bersesuaian dengan fitrah manusia, sebagaimana yang dinyatakan dalam Surah Ar-Ruum ayat 30 :
"So set thy purpose for religion as a man by nature upright - the nature (framed) of Allah, in which He hath created man. There is no altering (the laws of) Allah's creation. That is the right religion, but most men know not -"
(QS. 30:30)
"Maka hadapkanlah dirimu kepada agama (Allah) yang benar itu; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
(QS. 30:30)
2.
Al-Qur'an memaksa manusia manusia untuk berbuat sesuatu yang diluar kemampuannya. Padahal Allah sudah menyatakannya dalam Al-Qur'an :
"Allah tasketh not a soul beyond its scope. For it (is only) that which it hath earned, and against it (only) that which it hath deserved."
(QS. 2:286)
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya."
(QS. 2:286)
"Say: Each one doth according to his rule of conduct."
(QS. 17:84)
"Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing".
(QS. 17:84)
Untuk itulah kita akan mengungkapkan bagaimana Al-Qur'an mengakui dan menghidupkan fitrah-fitrah yang ada pada diri manusia itu.
1. Agama
A.
Fitrah keagamaan ini menurut Al-Qur'an telah diberikan kepada manusia semenjak dialam roh dahulu, yaitu ketika Allah mengajak roh manusia untuk mengadakan suatu perjanjian sebagaimana yang dinyatakan dalam Surah Al A'raf ayat 172 berikut :
"And (remember) when thy Lord brought forth from the Children of Adam, from their reins, their seed, and made them testify of themselves, (saying): Am I not your Lord ? They said: Yea, verily."
(QS. 7:172)
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):"Bukankah Aku ini Tuhanmu". Mereka menjawab:"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(QS. 7:172)
Adanya pengakuan inilah yang membawa konsekuensi pada manusia untuk beragama.
Sehingga Almarhum Buya Hamka dalam bukunya 'Pelajaran Agama Islam' mengatakan: 'Setelah kita tinjau perkembangan hidup manusia dan perkembangan caranya berpikir sejak dari jaman sangat sederhana (primitif) sampai ia meningkat bermasyarakat, nyatalah sudah bahwa pokok asli pendapatnya ialah tentang adanya Yang Maha Kuasa dan Ghaib. Inilah perasaan yang semurni-murninya dalam jiwa manusia.'
B.
Allah mengirimkan Nabi dan Rasul-Nya untuk mengingatkan perjanjian tersebut.
"Remind them, for thou art but a remembrancer."
(QS. 88:21)
"Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang memberi peringatan."
(QS. 88:21)
C.
Allah menurunkan Al-Qur'an adalah untuk mengatur konsekuensi perjanjian itu.
Setiap perjanjian mempunyai konsekuensi, yaitu hak dan kewajiban antara kedua belah pihak yang berjanji. Tetapi karena perjanjian itu terjadi antara Allah dengan manusia, maka konsekuensinya tidak seperti perjanjian antara manusia dengan manusia. Sebab Allah bersifat Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri Sendiri-Nya), maka pada Allah tidak ada kewajiban dan pada manusia tidak ada hak.
Ini diganti dengan wewenang, yaitu wewenang Allah untuk memberi segala sesuatu kepada manusia agar ia mampu dan cakap dalam melaksanakan perjanjian itu, dan wewenang manusia adalah untuk menerima segalanya itu.
Jadi yang masih ada adalah hak pada Allah dan kewajiban pada manusia.
Hak Allah untuk disembah dan kewajiban manusia untuk menyembah-Nya.
Menyembah Allah berarti melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Karena itu isi Al-Qur'an adalah perintah dan larangan Allah, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu, agar manusia melaksanakannya dengan kesadaran sendiri dan berhasil dengan sukses.
Al-Qur'an menyatakan :
"And We reveal the Scripture unto thee as an exposition of all things, and a guidance and a mercy and good tidings for those who have surrendered (to Allah)."
(QS. 16:89)
"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri."
(QS. 16:89)
"O People of the Scripture! Now hath Our messenger come unto you, expounding unto you much of that which ye used to hide in the Scripture, and forgiving much. now hath come unto you light from Allah and plain Scripture. Whereby Allah guideth him who seeketh His good pleasure unto paths of peace. He bringeth them out of darkness unto light by His decree, and guideth them unto a straight path."
(QS. 5:15-16)
"Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, yang menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus."
(QS. 5:16)
2. Agama

A.
Islam adalah agama (yang sesuai dengan) akal manusia.
Nabi Muhammad Saw menyabdakan : 
'Agama itu adalah akal, tidak ada agama bagi orang-orang yang tidak (mau memanfaatkan akalnya) berakal'
(Hr. Abu Syekh)
Orang-orang yang akalnya belum berkembang (anak-anak), atau orang-orang yang akalnya tidak berfungsi (orang yang tidur), atau orang yang akalnya sudah rusak (orang gila), tidak dibebani hukum agama.
Dalm hal ini Nabi Besar Muhammad Saw bersabda:
"Yang terlepas dari hukum agama itu ada tiga macam: 1. Anak hingga ia dewasa, 2. Orang tidur hingga ia bangun, 3. Orang gila hingga ia sembuh."
(Hr. Abu Daud dan Ibnu Majah).
B.
Al-Qur'an mendorong manusia untuk berpikir tentang segala sesuatu dengan sedalam-dalamnya, sehingga sampai pada kesimpulan bahwa segala sesuatu itu ada penciptanya, yaitu Tuhan, dan diciptakan dengan maksud dan tujuan tertentu, yang akhir-akhirnya mendorong manusia untuk lebih beriman kepada Tuhan yang Esa dalam segala bidang-Nya.
"Lo! In the creation of the heavens and the earth and (in) the difference of night and day are tokens (of His Sovereignty) for men of understanding, Such as remember Allah, standing, sitting, and reclining, and consider the creation of the heavens and the earth, (and say): Our Lord! Thou createdst not this in vain. Glory be to Thee! Preserve us from the doom of Fire."
(QS. 3:190-191)
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
(QS. 3:190-191)
Kemudian Al-Qur'an menyatakan bahwa manusia dengan intelektualnya mampu untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkannya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh ayat berikut :
"Lo! We made him strong in the land and gave him unto every thing a road."
(QS. 18:84)
"Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu."
(QS. 18:84)
Untuk mencapai itu, manusia diperintahkan mencari jalan-jalan tersebut yang selanjutnya akan memberikan manusia itu pengetahuan.
"But seek the abode of the Hereafter in that which Allah hath given thee and neglect not thy portion of the world, and be thou kind even as Allah hath been kind to thee, and seek not corruption in the earth; lo! Allah loveth not corrupters."
(QS. 28:77)
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu ber-buat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."
(QS. 28:77)
"And seek that which Allah hath ordained for you, and eat and drink until the white thread becometh distinct to you from the black thread of the dawn..."
(QS. 2:187)
"Dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam..."
(QS. 2:187)
C.
Al-Qur'an memuji keunggulan atau superioritas orang-orang yang berilmu pengetahuan (cendikiawan/ilmuwan) sebagaimana yang dinyatakan oleh ayat-ayat berikut :
"Allah will exalt those who believe among you, and those who have knowledge, to high ranks. Allah is Informed of what ye do."
(QS. 58:11)
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(QS. 58:11)
Sebaliknya Allah membenci orang-orang yang bodoh dan tidak berusaha untuk membebaskan dirinya dari kebodohan tersebut.
"Already have We urged unto hell many of the jinn and humankind, having hearts wherewith they understand not, and having eyes wherewith they see not, and having ears wherewith they hear not. These are as the cattle - nay, but they are worse! These are the neglectful."
(QS. 7:179)
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."
(QS. 7:179)
"Lo! the worst of beasts in Allah's sight are the deaf, the dumb, who have no sense."
(QS. 8:22)
"Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun."
(QS. 8:22)
"Lo! Allah changeth not the condition of a folk until they (first) change that which is in their hearts."
(QS. 13:11)
"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."
(QS. 13:11)
Akan tetapi Allah tidak akan menghukum mereka yang mengerjakan kesalahan karena kebodohan mereka dan mereka melakukan perbaikan didalam sikapnya setelah ia terbebas dari kebodohannya.
"Then lo! thy Lord - for those who do evil in ignorance and afterward repent and amend - lo! (for them) thy Lord is afterward indeed Forgiving, Merciful."
(QS. 16:119)
"Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertobat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya); sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. 16:119)
3. Sosial
A. Al-Qur'an menyatakan bahwa manusia adalah umat yang satu.
"Mankind were one community, and Allah sent (unto them) prophets as bearers of good tidings and as warners, and revealed therewith the Scripture with the truth that it might judge between mankind concerning that wherein they differed. And only those unto whom (the Scripture) was given differed concerning it, after clear proofs had come unto them, through hatred one of another. And Allah by His Will guided those who believe unto the truth of that concerning which they differed. Allah guideth whom He will unto a straight path."
(QS. 2:213)
"Manusia itu adalah ummat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus."
(QS. 2:213)
B. Manusia dijadikan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa adalah untuk saling kenal mengenal.
"O mankind! Lo! We have created you male and female, and have made you nations and tribes that ye may know one another. Lo! the noblest of you, in the sight of Allah, is the best in conduct. Lo! Allah is Knower, Aware."
(QS. 49:13)
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
(QS. 49:13)
C. Al-Qur'an memerintahkan agar hidup dilaksanakan dengan saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, dan tidak saling menolong didalam melakukan dosa dan kejahatan.
"but help ye one another unto righteousness and pious duty. Help not one another unto sin and transgression, but keep your duty to Allah."
(QS. 5:2)
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran."
(QS. 5:2)
Dari pernyataan ayat diatas, jelaslah bahwa Al-Qur'an telah meletakkan dasar-dasar kehidupan sosial yang pokok dan paling utama.
4. Susila
A.
Al-Qur'an mengatur manusia kedalam suatu sistem kehidupan yang berdasar pada segala kebaikan dan bebas dari segala kejahatan.
"Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal."
(QS. 2:197)
"And whatsoever good ye do Allah knoweth it. So make provision for yourselves (Hereafter); for the best provision is to ward off evil. Therefore keep your duty unto Me, O men of understanding."
(QS. 2:197)
B.
Al-Qur'an mendorong, bukan saja untuk melaksanakan sifat yang baik, tetapi juga menegakkannya dan mendorong untuk menghapuskan sifat yang buruk.
"Establish worship at the two ends of the day and in some watches of the night. Lo! good deeds annul ill-deeds. This is reminder for the mindful."
(QS. 11:114)
"Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat."
(QS. 11:114)
C.
Al-Qur'an menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk, sebab manusia dengan akalnya saja tidak mampu untuk menunjukkan hal ini. Manusia dengan akalnya hanya mampu memilih mana yang baik dan mana yang buruk yang telah ditunjukkan Al-Qur'an.
"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."
(QS. 2:267)
"O ye who believe! Spend of the good things which ye have earned, and of that which We bring forth from the earth for you, and seek not the bad (with intent) to spend thereof (in charity) when ye would not take it for yourselves save with disdain; and know that Allah is Absolute, Owner of Praise."
(QS. 2:267)
Banyak lagi ayat-ayat lainnya yang berhubungan dengan kesusilaan ini, dengan demikian jelaslah, bahwa Al-Qur'an telah meletakkan dasar kesusilaan kepada manusia, dan Nabi besar Muhammad Saw sendiri juga menyatakab kepada manusia bahwa beliau diutus oleh Allah kepada umat manusia dengan membawa Al-Qur'an adalah untuk memperbaiki budi pekerti (moral) manusia. Dan Beliau Saw adalah contoh budi pekerti yang terbaik dan agung yang bisa dicontoh.
"Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan budi pekerti manusia."
(HR. Bukhari)
"And lo (Muhammad)! thou art of a tremendous nature."
(QS. 68:4)
"Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung."
(QS. 68:4)
"Verily in the messenger of Allah ye have a good example for him who looketh unto Allah and the Last Day, and remembereth Allah much."
(QS. 33:21)
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
(QS. 33:21)
5. Harga diri
A.
Al-Qur'an menyatakan bahwa harga diri serta kemuliaan manusia itu amat tinggi, lebih tinggi dari makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan.
"Verily we have honoured the Children of Adam. We carry them on the land and the sea, and have made provision of good things for them, and have preferred them above many of those whom We created with a marked preferment."
(QS. 17:70)
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."
(QS. 17:70)
B.
Kemudian Al-Qur'an memerintahkan agar harga diri dan kemuliaan yang telah diberikan oleh Allah itu dipelihara dan Al-Qur'an telah menunjukkan jalannya, yaitu dengan Iman dan Amal saleh.
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya."
(QS. 95:4-6)
"Surely We created man of the best stature, Then we reduced him to the lowest of the low, Save those who believe and do good works, and theirs is a reward unfailing."
(QS. 95:6)
C.
Akhirnya Al-Qur'an menyatakan bahwa tanpa Iman dan Amal Saleh, martabat manusia akan sejajar dengan binatang.
"Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka."
(QS. 47:12)
"Lo! Allah will cause those who believe and do good works to enter Gardens underneath which rivers flow; while those who disbelieve take their comfort in this life and eat even as the cattle eat, and the Fire is their habitation."
(QS. 47:12)
 
MENCAPAI KEIMANAN DENGAN LOGIKA

Keimanan adalah keyakinan, yang dalam Islam wajib dicapai dengan penuh kesadaran dan pengertian, karena hanya dengan inilah kesetiaan tunggal pada Islam (tauhid) bisa diharapkan, seperti halnya seorang fisikawan yang telah yakin akan keakuratan instrumennya, sehingga ia pun segera berbuat sesuatu, begitu instrumen itu mengabarkan existensi radiasi atom yang tidak pernah bisa dideteksi oleh indera fisikawan itu sendiri.

FITRAH MANUSIA

Sejak adanya manusia, manusia memiliki berbagai ciri-ciri (fitrah) yang membedakannya dari mahluk lain. Manusia memiliki intuisi untuk memilih dan tidak mau menyerah pada hukum-hukum alam begitu saja. Manusia bisa mengerjakan sesuatu yang berlawanan dengan nalurinya, misal makan meski sudah kenyang (karena menghormati tuan rumah), atau tidak melawan meski disakiti (karena menjaga perasaan orang). Hal ini tidak ada pada binatang. Seekor kucing yang sudah kenyang tak mau lagi mencicipi makanan yang enak sekalipun.

Manusia memiliki kemampuan mewariskan kepada manusia lain (atau keturunannya) hal-hal baru yang telah dipelajarinya. Inilah asal peradaban manusia. Hal ini tidak terdapat pada binatang. Seekor kera yang terlatih main musik dalam circus tidak akan mampu melatih kera lainnya. Seekor kera hanya bisa melatih seekor anak kera pada hal-hal yang memang nalurinya (memanjat, mencari buah).

Kesamaan manusia dengan binatang hanya pada kebutuhan eksistensialnya (makan, minum, istirahat dan melanjutkan keturunan).

MANUSIA MENCARI HAKEKAT HIDUPNYA

Manusia yang telah terpenuhi kebutuhan eksistensialnya akan mulai mempertanyakan, untuk apa sebenarnya hidup itu. Hal ini karena manusia memiliki kebebasan memilih, mau hidup atau mati. Karena faktor non naluriahnya, manusia bisa putus asa dan bunuh diri, sementara tidak ada binatang yang bunuh diri kecuali hal itu dilakukannya dalam rangka mempertahankan eksistensinya juga (pada lebah misalnya).

Pertanyaan tentang hakekat hidup ini yang memberi warna pada kehidupan manusia, yang tercermin dalam kebudayaan, yang digunakannya untuk mencapai kepuasan ruhaninya.

MANUSIA MEMBUTUHKAN TUHAN

Dalam kondisi gawat yang mengancam eksistensinya (misalnya terhempas ombak di tengah samudra, sementara pertolongan hampir mustahil diharapkan), fitrah manusia akan menyuruh untuk mengharapkan suatu keajaiban.

Demikian juga ketika seseorang sedang dihadapkan pada persoalan yang sulit, sementara pendapat dari manusia lainnya berbeda-beda, ia akan mengharapkan petunjuk yang jelas yang bisa dipegangnya. Bila manusia tersebut menemukan seseorang yang bisa dipercayainya, maka dalam kondisi dilematis ini ia cenderung merujuk pada tokoh idolanya itu.

Dalam kondisi seperti ini, setiap manusia cenderung mencari "sesembahan". Mungkin pada kasus pertama, sesembahan itu berupa dewa laut atau sebuah jimat pusaka. Pada kasus kedua, "sesembahan" itu bisa berupa raja (pepunden), bisa juga berupa tokoh filsafat, pemimpin revolusi bahkan seorang dukun yang sakti.

TANDA-TANDA EKSISTENSI TUHAN

Di luar masalah di atas, perhatian manusia terhadap alam sekitarnya membuatnya bertanya, "Mengapa bumi dan langit bisa sehebat ini, bagaimana jaring-jaring kehidupan (ekologi) bisa secermat ini, apa yang membuat semilyar atom bisa berinteraksi dengan harmoni, dan dari mana hukum-hukum alam bisa seteratur ini".

Pada masa lalu, keterbatasan pengetahuan manusia sering membuat mereka cepat lari pada "sesembahan" mereka setiap ada fenomena yang tak bisa mereka mengerti (misal petir, gerhana matahari). Kemajuan ilmu pengetahuan alam kemudian mampu mengungkap cara kerja alam, namun tetap tidak mampu memberikan jawaban, mengapa semua bisa terjadi.

Ilmu alam yang pokok penyelidikannya materi, tak mampu mendapatkan jawaban itu pada alam, karena keteraturan tadi tidak melekat pada materi. Contoh yang jelas ada pada peristiwa kematian. Meski beberapa saat setelah kematian, materi pada jasad tersebut praktis belum berubah, tapi keteraturan yang membuat jasad tersebut bertahan, telah punah, sehingga jasad itu mulai membusuk.

Bila di masa lalu, orang mengembalikan setiap fenomena alam pada suatu "sesembahan" (petir pada dewa petir, matahari pada dewa matahari), maka seiring dengan kemajuannya, sampailah manusia pada suatu fikiran, bahwa pasti ada "sesuatu" yang di belakang itu semua, "sesuatu" yang di belakang dewa petir, dewa laut atau dewa matahari, "sesuatu" yang di belakang semua hukum alam.

"Sesuatu" itu, bila memiliki sifat-sifat ini:

1. Maha Kuasa
2. Tidak tergantung pada yang lain
3. Tak dibatasi ruang dan waktu
4. Memiliki keinginan yang absolut

maka dia adalah Tuhan, dan berdasarkan sifat-sifat tersebut tidak mungkin zat tersebut lebih dari satu, karena dengan demikian berarti satu sifat akan tereliminasi karena bertentangan dengan sifat yang lain.

TUHAN BERKOMUNIKASI VIA UTUSAN

Kemampuan berfikir manusia tidak mungkin mencapai zat Tuhan. Manusia hanya memiliki waktu hidup yang terhingga. Jumlah materi di alam ini juga terhingga. Dan karena jumlah kemungkinannya juga terhingga, maka manusia hanya memiliki kemampuan berfikir yang terhingga. Sedangkan zat Tuhan adalah tak terhingga (infinity). Karena itu, manusia hanya mungkin memikirkan sedikit dari "jejak-jejak" eksistensi Tuhan di alam ini. Adalah percuma, memikirkan sesuatu yang di luar "perspektif" kita.

Karena itu, bila tidak Tuhan sendiri yang menyatakan atau "memperkenalkan" diri-Nya pada manusia, mustahil manusia itu bisa mengenal Tuhannya dengan benar. Ada manusia yang "disapa" Tuhan untuk dirinya sendiri, namun ada juga yang untuk dikirim kepada manusia-manusia lain. Hal ini karena kebanyakan manusia memang tidak siap untuk "disapa" oleh Tuhan.

UTUSAN TUHAN DIBEKALI TANDA-TANDA

Tuhan mengirim kepada manusia utusan yang dilengkapi dengan tanda-tanda yang cuma bisa berasal dari Tuhan. Dari tanda-tanda itulah manusia bisa tahu bahwa utusan tadi memang bisa dipercaya untuk menyampaikan hal-hal yang sebelumnya tidak mungkin diketahuinya dari sekedar mengamati alam semesta. Karena itu perhatian yang akan kita curahkan adalah menguji, apakah tanda-tanda utusan tadi memang autentik (asli) atau tidak.

Pengujian autentitas inilah yang sangat penting sebelum kita bisa mempercayai hal-hal yang nantinya hanyalah konsekuensi logis saja. Ibarat seorang ahli listrik yang tugas ke lapangan, tentunya ia telah menguji avometernya, dan ia telah yakin, bahwa avometer itu bekerja dengan benar pada laboratorium ujinya, sehingga bila di lapangan ia dapatkan hasil ukur yang sepintas tidak bisa dijelaskanpun, dia harus percaya alat itu. Seorang fisikawan adalah seorang manusia biasa, yang dengan matanya tak mungkin melihat atom. Tapi bila ia yakin pada instrumentasinya, maka ia harus menerima apa adanya, bila instrumen tersebut mengabarkan jumlah radiasi yang melebihi batas, sehingga misalnya reaktor nuklirnya harus segera dimatikan dulu.

Karena yakin akan autentitas peralatannya, seorang astronom percaya adanya galaksi, tanpa perlu terbang ke ruang angkasa, seorang geolog percaya adanya minyak di kedalaman 2000 meter, tanpa harus masuk sendiri ke dalam bumi, dan seorang biolog percaya adanya dinosaurus, tanpa harus pergi ke zaman purba.

Keyakinan pada autentitas inilah yang disebut "iman". Sebenarnya tak ada bedanya, antara "iman" pada autentitas tanda-tanda utusan Tuhan, dengan "iman"-nya seorang fisikawan pada instrumennya. Semuanya bisa diuji. Karena bila di dunia fisika ada alat yang bekerjanya tidak stabil sehingga tidak bisa dipercaya, ada pula orang yang mengaku utusan Tuhan tapi tanda-tanda yang dibawanya tidak kuat, sehingga tidak pula bisa dipercaya.

MENGUJI AUTENTITAS TANDA-TANDA DARI TUHAN

Tanda-tanda dari Tuhan itu hanya autentis bila menunjukkan keunggulan absolut, yang hanya dimungkinkan oleh kehendak penciptanya (yaitu Tuhan sendiri). Sesuai dengan zamannya, keunggulan tadi tidak tertandingi oleh peradaban yang ada. Dan orang pembawa keunggulan itu tidak mengakui hal itu sebagai keahliannya, namun mengatakan bahwa itu dari Tuhan !!!

Pada zaman Nabi Musa, ketika ilmu sihir sedang jaya-jayanya, Nabi Musa yang diberi keunggulan mengalahkan semua ahli sihir, justru mengatakan bahwa ia tidak belajar sihir, namun semuanya itu hanya karena ijin Tuhan semata.

Demikian juga Nabi Isa, yang menyembuhkan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, meski masyarakatnya merupakan yang termaju dalam ilmu pengobatan pada masanya. Toh Nabi Isa hanya mengatakan semua itu karena kekuasaan Tuhan semata, dan ia bukan seorang tabib.

Dan Nabi Muhammad? Tanda-tanda beliau sebagai utusan yang utama adalah Al-Quran. Pada saat itu Mekkah merupakan pusat kesusasteraan Arab, tempat para sastrawan top mengadu kebolehannya. Dan meski pada saat itu semua orang takjub pada keindahan ayat-ayat Al-Quran yang jauh mengungguli semua puisi dan prosa yang pernah ada, Nabi Muhammad hanya mengatakan, ayat itu bukan bikinannya, tapi datangnya dari Allah.

Itu 14 abad yang lalu. Pada masa kini, ketika ilmu alam berkembang pesat, terbukti pula, bahwa kitab Al-Quran begitu teliti. Tidak ada ayat yang saling bertentangan satu sama lain. Dan tak ada pula ayat Al-Quran yang tidak sesuai dengan fakta-fakta ilmu alam.

Di sisi lain, fenomena pembawa ajaran itu juga menunjukkan sisi autentitasnya. Meski mereka:

   * orang biasa yang tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan, juga tidak
     join dengan penguasa atau yang bisa menjamin kesuksesannya;
   * menyebarkan ajaran yang melawan arus, bertentangan dengan tradisi yang lazim di masyarakatnya;

mereka berhasil dengan ajarannya, dan keberhasilan ini sudah diramalkan lebih dulu pula, dan semua itu dikatakannya karena Tuhanlah yang menolongnya.

KONSEKWENSI SETELAH MEYAKINI AUTENTITAS TANDA-TANDA KENABIAN MUHAMMAD

Setelah kita menguji autentitas tanda-tanda kenabian Muhammad dengan menggunakan segala piranti logika yang kita miliki, dan kita yakin bahwa itu asli berasal dari Tuhan, maka kita harus menerima apa adanya yang disebutkan oleh kitab Al-Quran maupun oleh hadits yang memang teruji autentis berasal dari Muhammad.

Dan ajaran Nabi Muhammad saw ini adalah satu-satunya ajaran autentis dari Allah, yang diturunkan kepada 
penutup para utusan, tidak tertuju ke satu bangsa saja, tapi ke seluruh umat manusia, sampai akhir zaman.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar